Ada ratapan dan tangisan di setiap peristiwa kematian. Tapi tak seorangpun dapat menghindar dan menolak saat gelap kematian menjemput. Hidup yang fana dan dunia hanyalah tempat sementara. Kematian memang sebuah misteri bagi manusia. Tak ada seorangpun yang tahu kapan, di mana dan cara dirinya mengalami kematian. Tapi misteri kematian dapat dimengerti, dipahami dan di terima dalam iman kepada Tuhan. Sebab Tuhan adalah Allah yang kekal yang berkuasa baik atas kehidupan maupun kematian. Kemarin, kita sekalian dikejutkan dengan berita kematian almarhum. Keluarga dan kita semua berduka, karena kehilangan seseorang yang berarti dalam hidup keluarga, persekutuan gereja, adat bahkan masyarakat. Tapi kita dihiburkan oleh Tuhan melalui FirmanNya dalam II Tesalonika 2216-17. Dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Tesalonika, Paulus menghibur dan menguatkan jemaat. Jemaat sedang dalam ketidakpastian benarkah Yesus akan datang kembali seperti yang dijanjikanNya? Jemaat telah lama menanti bahkan telah banyak saudara seiman yang meninggal dunia. Mereka juga mengalami penindasan dan penganiayaan yang berat dari orang – orang yang tidak menyukai kekristenan bahkan ada penyesatan – penyesatan yang menggoda mereka untuk menyangkal Kristus. Situasi jemaat saat itu adalah situasi yang sedang menguji iman. Paulus mengingatkan jemaat di Tesalonika juga kita sekalian bahwa orang – orang percaya adalah orang – orang yang dipilih Allah untuk diselamatkan karena itu jemaat harus tetap kuat dalam pengharapan kepada Kristus maupun dalam menghadapi penganiayaan dan kenyataan hidup yang berat. Iman harus tetap bergantung pada Kristus sehingga tidak goyah dan terombang – ambing oleh situasi dunia. Pada dua ayat yang menjadi bagian pembacaan kita tadi ada dua hal yang disampaikan Paulus 1. Paulus mengajak jemaat untuk percaya bahwa Allah mengaruniakan penghiburan yang abadi; penghiburan yang tanpa batas serta pengharapan yang baik. Kata “baik” di sini menunjuk pada yang indah, benar dan ideal. Jadi pengharapan yang baik di dalam Allah memampukan kita untuk tetap optimis, bersemangat dan bersyukur menjalani hidup. 2. Paulus menyatakan bahwa Allah menguatkan hati kita dalam pekerjaan dan perkataan yang baik. Disebutkan di sini bahwa Allah menguatkan hati, bukan pikiran, bukan salah satu anggota tubuh. Hati yang merupakan pusat kehidupan manusia, pusat perasaan, pusat pengambilan keputusan dan tindakan. Allah menguatkan hati keluarga. Allah menguatkan hati kita semua yang rapuh dan pedih karena dukacita. Allah mengerti dan peduli segala persoalan, kesedihan, kecemasan yang kita alami ketika dukacita berturut - turut terjadi dalam keluarga besar. Allah menguatkan hati ketika kematian terjadi di mana – mana. Ketika banyak perkara terjadi seperti Covid 19, Allah tetap menguatkan hati. Allah menguatkan hati dalam hal pekerjaan dan perkataan yang baik. Kata pekerjaan dalam teks ini tidak hanya menunjuk profesi/pekerjaan yang mendatangkan upah tapi juga aktivitas dan rutinitas hidup sehari – hari. Jadi Allahmenguatkan hati kita dalam seluruh totalitas kehidupan kita. Allah juga menguatkan hati kita dalam perkataan baik agar dalam dukacita seperti ini, kita menyampaikan perkataan – perkataan yang membangun, yang meneguhkan iman dan menghibur bukan perkataan - perkataan hoax yang menyesatkan atau yang mengendorkan iman. Bagi keluarga yang ditinggalkan orang tua, anak, cucu dan keluarga besar, hadapilah dukacita ini dengan hati yang tegar dan sabar. Almarhum kekasih kita ini meninggal sebagai orang pilihan Allah. Maut sudah menjemputnya, kematian mengakhiri seluruh perjalanan hidupnya di dunia ini, tapi kematian juga mengawali keselamatan abadi yang disediakan Tuhan baginya. Relakanlah kepergiannya sambil percaya bahwa kelak kita kan berjumpa dalam Sorga Kekal. Secara khusus bagi anak – anak yang ditinggalkan, teladanilah karya – karya dan perbuatan baik dari Almarhum ayah kekasih. Hadapilah dukacita ini dengan melanjutkan karya – karya pelayanan dan kesetiaan orang tua kekasih bagi Tuhan. Bagi kita sekalian yang ditinggalkan, hadapilah dukacita dengan menghargai nafas, kehidupan dan kesempatan berkarya yang Tuhan beri. Almarhum telah memberi diri semasa hidupnya dalam karya – karya di tengah keluarga, gereja, adat dan masyarakat. Bagi Keluarga dan masyarakat, almarhum adalah sosok yang selalu tampil sebagai jurubicara dalam setiap acara atau pertemuan. Ia rekan sepelayanan dalam Gereja. Pemimpin di tengah jemaat, ia mengakhiri hidupnya dalam tugas pelayanan dalam Gereja Tuhan. Ia telah memberi teladan menggunakan kesempatan hidupnya untuk menyatakan kasih di tengah keluarga, berbicara sebagai anak – anak adat, memberi kontribusi dalam dunia politik dan melayani Tuhan. Hari – hari kebersamaan dalam keluarga, dalam persekutuan, dalam partai maupun sebagai sahabat dan teman dalam canda dan senda gurau telah berakhir. Hidup memang tak abadi. Bagaikan bunga yang pagi mekar tapi sore dapat layu dan lisut. Janganlah sia – siakan hidup anugerah Tuhan. Pakailah hidup untuk melayani Tuhan. Tuhan memberikan penghiburan abadi kepada orang yang tekun dan kuat hatinya dalam nama Kristus. Tuhan memberi pengharapan kekal bagi orang – orang yang berpegang pada janjiNya dan setia di dalam firmanNya. Tuhan memberkati orang yang setia merindukan pengharapan dan penghiburan-Nya. Selamat Jalan. Salam di jalanmu. Amin.
Khutbah Gymnastiar di Masjid Istiqlal. Foto Iqbal Firdaus/kumparanKhutbah Jumat merupakan salah satu media yang strategis untuk dakwah Islam. Khutbah tidak hanya berisi pujian kepada Allah SWT dan Rasullullah SAW, tetapi juga mencakup doa untuk kaum muslimin serta pelajaran dan peringatan bagi satu ajaran yang ditekankan dalam Islam adalah menghormati orangtua, termasuk lansia. Orangtua memiliki kedudukan yang mulia, sebab dari merekalah generasi umat Islam lahir. Mereka juga senantiasa berjuang agar anak-anakya memiliki kehidupan yang layak. Oleh sebab itu, Muslim dilarang untuk menyia-nyiakan orangtua, khususnya ketika mereka telah memasuki usia itu Allah SWT memerintahkan umat Muslim untuk memperlakukan lansia dengan baik. Apalagi dalam pandangan Islam, bertambahnya usia identik dengan kematangan dan kedewasaan dalam banyak berikut ini adalah contoh teks khutbah Jumat yang bisa ditiru, dikutip dari Buku Panduan Khotbah Jumat Program Kependudukan dan KB Provinsi Jawa Tengah 2014.Teks Khutbah Jumat Tentang Menghormati Orangtua dan Lansiaاَلْحَمْ د هُلَّله رَُبِّ اُلْعَالَ ه ميْنَ اُلَّ ه ذيْ خَُلَقَ اُْ ه لإنْسَانَ وَُسَائهرَ اُلْمَخْل وْقَا ه ت وَُالَّ ه ذيْ عَُلَّمَ اُْ ه لإنْسَانَ مَُُا لَُمْ يَُعْلَمُْ. أَُشْهَ د أَُنْ لُاَُإهلَهَ إُهلاَّ اُلل وَُحْدَه لُاَ شَُ ه ريْكَ لَُه اَُلْمَله ك اُلْحَقُّ اُلْ مبهيْ ن، وَُأَشْهَ د أَُنَّ محَمَّدًا عَُبْ ده وَُرَ سوُْل ه أَُشْرَ ف اُْلأَنْبهيَا ه ءُوَالْ مرْسَلهيْنَُ. اَُللَّه مَّ صَُلِّ وَُسَلِّمْ وَُبَا ه ركْ عَُلَى محَُمَّ د وَُعَلَى آُلههه وَُأَصْحَابه ه أَُجْمَ ه عيْنَُ. أَُمَّا بَُعْ د؛ُُفَيَا هُ عبَادَ اُلله، أُ وْ ه صيْ كمْ وَُإهيَّايَ بُهتَقْوَى اُلله تَُعَالَى وَُطَاعَته ه لَُعَلَّ كمْ تُ رْحَ Muslimin RahimakumullahProses perubahan generasi dalam kehidupan dunia merupakan sunnatullah, manusia dilahirkan ibunya, kemudian menjadi remaja, menjadi pemuda, menjadi orangtua, dan kelak ada yang menjadi orang lanjut usia. Masing-masing dari kita akan menjadi orangtua, bahkan akan menjadi orang yang lanjut usia jika ajal tidak menjemput pandangan para ahli, lansia masih dibagi lagi ke dalam beberapa kategori kelompok usia. Ada yang dinamai dengan kelompok lansia dini, yaitu bagi mereka yang memiliki usia antara 55 –64 tahun, ada yang dinamai dengan kelompok lansia, yaitu bagi mereka yang memiliki usia 65-70 tahun, dan ada yang dinamai dengan kelompok lansia resiko tinggi, yaitu bagi mereka yang memiliki usia di atas 70 yang semestinya kita lakukan terhadap orang yang lebih tua, ketika diri kita menjadi orang yang lebih muda? Terkait hal ini, Islam memberikan ajaran yang sangat mulia kepada kita. Jika kita sebagai orang yang memiliki usia lebih muda, maka kita diajarkan untuk menaruh rasa hormat kepada orang-orang yang memiliki usia yang lebih pandangan Islam, usia tua sebenarnya merupakan usia yang dipenuhi dengan kematangan dan kedewasaan dalam banyak hal. Ibarat pepatah, mereka itu adalah kelompok orang yang telah banyak memakan asam garam kehidupan. Mereka merupakan kelompok orang yang memiliki pengalaman lebih banyak dari orang-orang yang usianya lebih muda. Karena itu, sudah semestinya perilaku mereka bisa menjadi teladan bagi orang-orang yang lebih memperlakukan dengan baik para lansia dan mengajarkan supaya keberadaan mereka tidak dianggap sia-sia dan tak bernilai oleh masyarakat. Islam sangat menekankan agar keberadaan mereka dijadikan sebagai penuntun dan pengayom masyarakat dan generasi muda yang ada. Apalagi mereka itu merupakan orang tua kita. Allah SWT dalam QS. al-Isra’ 23-24, berfirman۞ وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًاwa qaḍā rabbuka allā ta'budū illā iyyāhu wa bil-wālidaini iḥsānā, immā yabluganna 'indakal-kibara aḥaduhumā au kilāhumā fa lā taqul lahumā uffiw wa lā tan-har-humā wa qul lahumā qaulang karīmā“Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.Ada kisah menarik dicontohkan oleh sahabat Ali Ibn Abi Thalib dalam memperlakukan orang tua “Suatu hari Ali bin Abi Thalib sedang berjalan tergesa-gesa menuju masjid. Ia tak ingin melewatkan shalat shubuh hari itu, dimana Nabi SAW sendiri yang menjadi imamnya. Di tengah jalan Ali terpaksa memperlambat langkahnya, karena di depannya sedang berjalan seorang laki-laki tua dengan tertatih-tatih. Ali pun tidak mau mendahului lelaki tua itu karena rasa hormatnya. Walhasil Ali-pun menjadi terlambat tiba di masjid. Setelah sampai di masjid, ternyata lelaki tua itu tidak masuk ke dalamnya. Ia terus saja berjalan tanpa menghiraukan bahwa ia sedang berada di depan sebuah masjid, dimana pada saat bersamaan waktu shalat shubuh sedang tiba. “Barangkali lelaki tua itu adalah seorang yang kafir, atau yang pasti ia bukanlah orang Islam”, begitulah pikir Ali dalam hatinya. Sewaktu Ali masuk ke dalam masjid dilihatnya Nabi SAW sedang ruku'. Ini berarti, bahwa masih tersedia waktu baginya untuk shalat dengan diimami Nabi SAW sebagaimana yang diniatkan shalat para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW. ”Ada gerangan apa ya Rasulullah SAW, sehingga engkau lebih memperlama masa ruku' waktu shalat tadi, padahal sebelumnya hal yang seperti ini belum pernah engkau lakukan?” Mendengar pertanyaan para sahabat itu, Nabi SAW segera menjawab ”Saat ruku’ tadi, yaitu usai mengucapkan subhana Rabbiyal adzimi, aku bermaksud segera mengangkat kepalaku, tetapi tiba-tiba pada saat yang sama, Jibril datang. Ia menggelar sayapnya dipunggungku sehingga membuat aku terus saja ruku. Jibril membuat demikian lama sekali, selama yang kalian rasakan. Baru setelah Jibril mengangkat sayapnya, aku dapat berdiri mengangkat kepalaku". "Mengapa bisa terjadi begitu, ya Rasulullah SAW?” seorang di antara sahabat bertanya. ”Aku tak sempat menanyakan hal itu”. Ternyata Jibril pun kembali menemui Nabi SAW. Lalu ia memberikan penjelasan mengenai sebab ruku' menjadi panjang saat shalat shubuh itu. Malaikat Jibril berkata, “Wahai Muhammad, tadi itu Ali sedang tergesa-gesa untuk bisa mengejar shalat berjamaah. Tapi di tengah perjalanan ia bertemu dengan seorang lelaki tua Nasrani yang membuat jalannya menjadi terlambat sampai ke sini. Ali tidak tahu kalau orang itu adalah Nasrani, dan ia biarkan orang tua itu untuk tetap terus berjalan di depannya. Ali tidak mau mendahuluinya. Allah SWT kemudian menyuruhku supaya engkau tetap ruku' sehingga memungkinkan Ali untuk dapat menyusul shalat shubuh berjamaah. Perintah Allah SWT seperti itu kepadaku bukan hal yang mengherankan bagiku, yang mengherankan adalah perintah Allah SWT kepada Mikail agar ia menahan perputaran matahari dengan sayapnya. Ini tentunya karena perbuatan Ali tadi". Demikianlah penjelasan memperoleh keterangan dari malaikat Jibril seperti itu, Nabi SAW pun kemudian bersabda, "Inilah derajat orang yang memuliakan orang tua lansia, meskipun lansia itu adalah Nasrani“.Kisah inspiratif di atas memberikan pengertian dan pelajaran yang sangat dalam terhadap kita semua. Allah SWT dan malaikat-Nya memuliakan orang tua dan juga sekaligus memuliakan orang yang memuliakan orang yang lebih tua. Rasulullah sampai harus ditahan dalam ruku’nya demi menunggu Ali Ibn Abi Thalib yang memuliakan orang yang lebih tua kita baik yang masih muda ataupun yang sudah tua atau lansia, harus dimanfaatkan sebanyak mungkin untuk ketaatan kepada Allah dan menebarkan kebaikan. Al-Qur’an memberikan gambaran kesedihan orang-orang yang masuk neraka, karena lalai terhadap umur yang diberikan Allah kepadanya. Gambaran kesedihan orang yang tidak memanfaatkan umurnya dengan baik seperti ini di antaranya tertuang dalam QS. al-Fathir 37وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَآ أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَٰلِحًا غَيْرَ ٱلَّذِى كُنَّا نَعْمَلُ ۚ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُم مَّا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَن تَذَكَّرَ وَجَآءَكُمُ ٱلنَّذِيرُ ۖ فَذُوقُوا۟ فَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِن نَّصِيرٍWa hum yaṣṭarikhụna fīhā, rabbanā akhrijnā na'mal ṣāliḥan gairallażī kunnā na'mal, a wa lam nu'ammirkum mā yatażakkaru fīhi man tażakkara wa jā`akumun-nażīr, fa żụqụ fa mā liẓ-ẓālimīna min naṣīr."Dan mereka berteriak di dalam neraka itu "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan". Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan apakah tidak datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah azab Kami dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun."Oleh karena itu, tidak ada gunanya bagi orang yang muda selalu menunda-nunda pelaksanaan tugas-tugasnya hanya untuk menunggu datangnya usia tua atau lansia. Begitu juga tidak ada gunanya bagi orang yang telah tua atau lansia, merenungi nasib yang menderanya. Semuanya harus memanfaatkan usia yang diberikan Allah kepadanya untuk memperbanyak bekal dalam mengarungi kehidupan akherat yang baka kekal, sesuai kessanggupan dan kemampuanya. Dan janganlah lupa, untuk selalu berdoa agar amal ibadahnya diterima oleh Allah pentingnya menghormati orang yang tua, Rasulullah pun menjadikannya sebagai salah satu kriteria dalam menentukan orang yang berhak dijadikan imam dalam shalat. Dalam riwayat Abu Mas'ud disebutkan bahwa Rasulullah bersabda "Yang berhak untuk menjadi imam bagi sesuatu kaum dalam shalat ialah yang terbaik bacaannya terhadap kitabullah al-Quran. Jikalau semua jamaah di situ sama baiknya dalam membaca kitabullah, maka yang terpandai dalam as-Sunnah Hadis yang dijadikan imam. Jikalau semua sama pandainya dalam as-Sunnah, maka yang terdahulu hijrahnya -lah yang dijadikan sebagai imam. Jikalau dalam hijrahnya sama dahulunya, maka yang tertua usianya -lah yang dijadikan imam”. Riyadhus Solihin bab 44.Sekali lagi, perlu kami tegaskan bahwa Islam memandang masyarakat lansia dengan pandangan terhormat sebagaimana perhatiannya terhadap generasi muda. Agama Islam memperlakukan dengan baik para lansia dan menegaskan bahwa keberadaan mereka tidak boleh dianggap sia-sia dan tak bernilai oleh masyarakat. Dukungan terhadap para lansia dan penghormatan terhadap mereka itulah yang ditekankan dalam Islam, penuaan adalah sebagai tanda dan simbol pengalaman dan ilmu. Para lansia memiliki kedudukan tinggi di masyarakat, khususnya dari sisi bahwa mereka adalah harta, ilmu dan pengalaman, serta informasi dan pemikiran. Oleh sebab itu, mereka harus dihormati, dicintai dan diperhatikan, serta berbagai pengalamannya pun harus kesimpulan dalam khutbah ini, kami mengajak kepada jamaah agar diri kita selalu Muliakan orangtua kita, juga para lansia di antara kita, karena menurut Islam justru usia mereka adalah usia kematangan dalam banyak usia pemberian Allah ini untuk digunakan sebanyak-banyaknya dalam melakukan menghardik dan menyia-nyiakan orang tua bagi yang mudaBerusaha menjadi orang-orang yang memiliki makna dan berguna terhadap keluarga dan masyarakat, bagi yang berusia tuaMemerankan orangtua/lansia sesuai dengan kemampuannya, bagi kita اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ بمَا فيْهِ مِنَ اْلآياتَِ وَالذكْر الْحَكِ يْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْتِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Fransiskusdan Klara, Persekutuan dan Pengantaraan. Sebagai Peziarah dan Orang Asing. Menjadi Manusia Sejati Bersama Klara dari Assisi. Dokumen Proses Kanonisasi St. Klara dari Assisi. Kedatangan dan Perjuangan Eksistensi Ordo Santa Klara di Indonesia.
Ayat Pokok 2 Kor 416 " Sebab itu kami tidak tawar hati, meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari." Tidak jarang, masalah usia lanjut menjadi ketakutan bagi sebagian orang. Mereka tidak dapat menerima datangnya masa-masa usia lanjut. Itu sebanya banyak orang melakukan berbagai upaya misalnya olahraga, mengatur asupan makanan sampai berbagai operasi dan terapi mereka lakukan. Sebenarnya memasuki usaia senja bukanlah masalah. Ini adalah hal yang alamiah, bukan hal yang perlua ditakuti. Semua orang hidup akan mengalami hal ini. Janganlah takut, janganlah kecil hati, Juga janganlah minder. Allah bekerja didalam proses penuaan, yaitu saat tubuh kita mulai melemah. Justru Allah punya kesempatan memperbaharui rohani kita untuk menjadi semakin kuat. Jika tubuh kita tidak pernah menjadi lemah,kita akan mengandalkan kekuatan kita sendiri, sehingga kebutuhan rohani tidak akan pernah diperhatikan. Jadi jangan tawar hati ketika kita mulai menyadari bahwa tenaga kita tidak lagi sekuat saat kita masih muda. pendengaran dan pengihatan kita tidak lagi setajam yang dulu, rambut mulai rontok, gigi mulai pergi. Jangan bersedih hati apalagi mencari kompensasi. Masa-masa usia lanjut adalah masa dimana kita mau semakin dekat dengan Tuhan, dan semakin berbuah untuk hormat kemuliaan bagi namanya Mazmur 9215 Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar" Mari jadilah tua-tua keladi Yang makin tua makin menjadi. Bukan dalam hal keburukan, tapi dalam hal hidup yang memuliakan nama Tuhan